MANGROVEMAGZ. Mangrove merupakan ekosistem penting yang berfungsi melindungi pesisir dari abrasi, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, dan mendukung keanekaragaman hayati. Di Rembang, upaya pembibitan, penanaman, dan pemantauan mangrove menjadi langkah penting dalam menjaga kelestarian lingkungan pesisir.
Kali ini, kami akan membahas secara lengkap teknik-teknik pembibitan, penanaman, dan pemantauan mangrove yang efektif di Rembang, yang dapat diterapkan oleh masyarakat, petani tambak, dan pegiat mangrove untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir. Informasi ini kami dapatkan langsung dari Suyadi, selaku tokoh pelestari hutan mangrove di Pasar Banggi, Rembang.
A. Jenis Mangrove
Secara umum, jenis mangrove yang ada di Rembang terdiri dari: pedada (Sonneratia), api-api (Avicennia), dan bakau (Rhizophora). Selanjutnya, jenis bakau terbagi menjadi: bakau biru (bakau besar), bakau putih/tumu, dan bakau merah/tanjang.
B. Ciri-ciri Mangrove:
1. Pedada: Pohonnya dapat tumbuh besar, berbuah seperti manggis, dan memiliki daun bulat tebal.
2. Api-api: Memiliki akar yang timbul dari bawah, berguna untuk menahan endapan tanah. Buahnya kecil dan bisa dimakan. Jenis ini cocok untuk tanah berpasir dan sepanjang tanggul tambak.
3. Bakau biru/besar (R. mucronata): Berakar tunggang dan jarang. Buahnya panjang, hijau, dan bisa mencapai 40-50 cm. Daunnya lebar dan tebal.
4. Bakau putih (R. stylosa): Memiliki akar tunggang dengan banyak cabang. Daunnya agak putih, dan buahnya pendek (20-25 cm).
5. Bakau merah/tanjang (R. apiculata): Akar tunggangnya banyak, dengan tangkai dan daun berwarna merah. Buahnya kecil dan pendek (10-15 cm).
Catatan: Tanaman bakau sangat cocok ditanam di daerah abrasi karena akarnya yang kuat untuk menahan gelombang.
C. Teknik Penanaman
1. Benih Tanaman
Benih yang digunakan sebaiknya sudah tua dan berkualitas baik. Benih dikumpulkan dari pohon induk yang berumur minimal 8 tahun. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memetik buah yang sudah tua atau mengumpulkan yang jatuh. Setelah dikumpulkan, benih harus segera disemaikan atau direndam dalam air agar tidak cepat kering.
2. Sistem Pembibitan Cabutan
2.1 Bibit tanpa Polibek
Benih disemaikan di tepi pantai berlumpur tanpa polibek. Setelah 5-6 bulan, bibit dipindahkan ke lapangan. Untuk daerah genangan air, bibit minimal berumur 1 tahun.
2.2 Bibit dengan Polibek
Sistem ini efisien karena tidak memerlukan penyiraman harian, cukup dengan pasang surut. Pembibitan sebaiknya dilakukan di lokasi yang bebas dari ombak.
Benih yang belum dapat disemai sebaiknya diikat dan direndam di tepi pantai berlumpur. Penanaman dilakukan di tepi pantai yang belum tertanami, dengan jarak tanam 1×1 m atau ½ x ½ m untuk memastikan kerapatan tanaman dan mengantisipasi bibit yang mati.
D. Cara Penanaman Bibit Mangrove
1. Menanam Benih Langsung
Benih ditanam miring mengikuti arus ombak supaya tidak roboh.
2. Bibit Cabutan
Gunakan bibit muda yang memiliki 3-4 pasang daun. Jarak pencabutan dan penanaman adalah 2-4 hari.
3. Bibit dalam Polibek
Penanaman dilakukan saat surut di siang hari (September-Januari).
Berdasarkan pengalaman di Rembang, bibit mangrove yang berasal dari polibek memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi. Selain itu, lokasi penanaman yang tergenang air sebaiknya dibuatkan parit membujur mengikuti arah ombak pada waktu surut, untuk menghindari genangan air yang bisa menyebabkan kematian bibit.
E. Program Pemantauan
Program pemantauan berupa pemeliharaan mangrove di Rembang meliputi penyulaman dan pengendalian hama. Penyulaman dilakukan untuk mencapai jarak tanam yang ideal. Hama yang ditemukan di kawasan mangrove Rembang meliputi ganggang laut dan hewan pengganggu, seperti:
1. Ganggang Laut
Ganggang laut banyak ditemukan di Desa Pasar Banggi, Rembang. Pemeliharaan dilakukan untuk memberantas ganggang laut dan sampah plastik yang menempel pada tanaman muda, yang dapat merusak dan mematahkan tanaman.
2. Runti/Trisipan (Teritip)
Teritip menyerang pangkal batang dan kulit bawah daun mangrove muda, menyebabkan daun berlubang dan tanaman mati.
3. Wideng
Wideng menyerang tanaman muda berumur sekitar 1 tahun, terutama pada saat air pasang. Mereka memakan daun dan batang bakau muda.
4. Tikus
Tikus memangsa batang tanaman dan buah mangrove muda, terutama pada saat air surut.
5. Kambing
Kambing merusak bibit mangrove di sepanjang tepi tanggul dan pantai.
6. Manusia
Kegiatan manusia seperti menjala ikan dapat menyebabkan bibit mangrove tercabut atau biji benih terinjak. Penarikan jaring atau mendaratnya perahu nelayan juga dapat merusak bibit mangrove karena ombak yang dihasilkan.
Dengan menerapkan teknik-teknik pembibitan, penanaman, dan pemantauan yang tepat, kita dapat berkontribusi besar dalam pemulihan ekosistem mangrove. Upaya ini tidak hanya penting untuk melestarikan lingkungan pesisir, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam pesisir.
Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat memastikan masa depan yang lebih hijau dan lestari bagi generasi mendatang. Mari kita jaga dan lestarikan mangrove untuk bumi yang lebih sehat.
(Foto: Dokumentasi IKAMaT).