HOME > RISET > Pertama Kali Dibangun di Asia, Inilah Hybrid Engineering, Metode Baru Atasi Abrasi Pantai

Pertama Kali Dibangun di Asia, Inilah Hybrid Engineering, Metode Baru Atasi Abrasi Pantai

MANGROVEMAGZ. Pada bulan Maret – Juni 2013, bertempat di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, telah diadakan kegiatan “Baseline Assessment for Hybrid Engineering Experiment”. Kegiatan tersebut merupakan penelitian awal sebelum pembangunan Hybrid Engineering (HE).

Proyek yang diselenggarakan dalam rangka Mangrove Capital Project oleh Wetlands International – Indonesia Programme (WI-IP) tersebut, bekerja sama dengan Deltares Belanda dan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta KeSEMaT untuk implementasi lapangannya.

Dalam proyek ini, tim HE tinggal di rumah Bapak Nadhiri (Kepala Desa Timbulsloko, Demak) selama empat bulan untuk implementasi program. Untuk mendukung pelaksanaan proyek, maka telah diadakan Pelatihan Monitoring dan Perawatan Struktur HE di Semarang yang dilakukan oleh para ahli dari Belanda.

Sebagai informasi, HE merupakan konsep inovatif yang berusaha bekerjasama dengan alam untuk mengembalikan proses hilangnya sedimen, bukan melawannya. Saat ini, banyak ditemukan pantai Indonesia yang tererosi secara dramatis. Konversi hutan mangrove menjadi tambak ikan atau udang telah menyebabkan hilangnya fungsi perlindungan pesisir.

Di Timbulsloko misalnya, garis pantai telah hilang antara 200 – 900 meter antara tahun 2003 – 2012. Di daerah ini, tambak telah hilang, pemukiman penduduk tergenang air laut dan insfrastruktur penting rusak parah. Umumnya, praktisi pesisir mencoba untuk melawan erosi pantai dengan bangunan keras, semisal Alat Pemecah Gelombang (APO) beton. Padahal, hal tersebut mengakibatkan terganggunya keseimbangan pantai.

HE memiliki struktur yang terbuat dari kayu dan ranting-ranting yang di-design khusus oleh engineer Belanda. HE memungkinkan dilalui oleh air dan lumpur, mampu memecahkan, namun tidak memantulkan gelombang, sehingga sedimen dapat terperangkap di dalamnya.

Bangunan yang menganut sistem perakaran mangrove ini, dalam jangka panjang akan ditanami oleh mangrove setelah sedimennya terkumpul. Konstruksi HE sudah dibangun di Demak oleh warga setempat, dengan pengawasan langsung dari Tim KeSEMaT.

Diharapkan dengan adanya pilot project HE ini, maka akan memberikan alternatif pengetahuan baru bagi pembangunan mangrove dan pesisir di Indonesia.

Pembangunan Konstruksi APO Konsep HE
Pada tanggal 5 November 2013, tim HE mulai aktif melaksanakan diskusi pembangunan APO berkonsep HE, bersama masyarakat desa Timbulsloko, Kabupaten Demak. Tim HE yang didampingi seorang ahli psikologi sosial masyarakat dari WI-IP, secara intensif melakukan pendekatan dengan warga pesisir Demak. Diskusi tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Dinlutkan Kabupaten Demak.

Diskusi HE dilaksanakan di rumah Kepala Desa Timbulsloko. Diskusi dihadiri oleh beragam latar belakang masyarakat dari berbagai dukuh di Desa Timbulsloko. Adapun diskusi tersebut bertujuan untuk mengajak peran serta warga pesisir Demak terhadap manfaat dibangunnya konstruksi HE di desa mereka.

Konstruksi APO konsep HE dari Belanda, kini mulai terlihat mampu mengurangi abrasi pantai di Demak.

Dalam diskusi, dibahas bermacam-macam hal, antara lain, sejarah abrasi yang mulai melanda desa tersebut, manfaat mangrove sebelum adanya abrasi, nilai sosial desa di mata masyarakat, dan lain sebagainya. Harapannya, masyarakat bisa menjaga konstruksi HE atau yang mereka sebut APO Kayu yang sudah dimulai tahap pembangunannya.

Selanjutnya, konstruksi bangunan HE tahap pertama dan kedua telah selesai dibangun di Dusun Bogorame, Desa Timbulsloko, Kabupaten Demak. Masyarakat desa tersebut mulai merasakan dampak positif dari berdirinya tembok laut permeabel tersebut.

Laju sedimentasi di sekitar konstruksi mulai meningkat dan tampak beberapa rumah terlindung dari terpaan gelombang tinggi. Selain itu, masyarakat juga memulai uji coba untuk menanam mangrove di dalam konstruksi APO Kayu tersebut, dimana propagul yang ditancapkan di dalam konstruksi HE, terlihat tumbuh dengan baik.

Diperkirakan propagul tersebut dapat tumbuh dengan baik di dalam konstruksi, karena laju sedimentasi yang lebih stabil dan perlindungan yang optimal dari gelombang.

Reportase Kemajuan Proyek HE
Selama enam bulan, mulai dari bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014, tim HE terus melakukan kegiatan monitoring. Luas total area konstruksi HE kurang lebih 6800 meter persegi, yang dibagi menjadi tiga petak.

Tujuan dilakukannya monitoring HE adalah untuk menghitung seberapa banyak sedimen yang masuk ke dalam bangunan, serta menghitung jenis biota apa saja yang sudah mampu hidup dalam bangunan.

Di dalam monitoring, juga dilakukan perawatan bangunan serta FGD dengan tujuan meminta pendapat masyarakat mengenai efek positif dan negatif atas dibangunnnya konstruksi HE di pantai mereka, untuk melindungi daratan dari abrasi.

HE diharapkan mampu menimbulkan daratan baru, sebagai hasil dari akumulasi sedimen.

Metode yang digunakan dalam monitoring HE adalah metode grid. Setiap grid memiliki luas 5 m × 5 m. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung kedalaman perairan dengan menggunakan perahu, agar diketahui seberapa besar sedimen di dasar.

Semakin dangkal perairan, maka sedimen akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, sehingga data bisa digunakan untuk memetakan sedimen untuk kemudian diolah menjadi penampang sedimen tiga dimensi.

Dalam proyek HE ini, tim juga melibatkan masyarakat dalam rangka melakukan pengamatan dan perawatan. Masyarakat turut serta dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan konstruksi HE, berikut dampaknya terhadap keberlangsungan hidup mereka, mulai dari segi perlindungan fisik HE, juga sosial dan ekonomi.

Dengan adanya HE di Timbulsloko, diharapkan akan timbul daratan baru, sebagai hasil dari akumulasi sedimen, sehingga daratan akan semakim menjorok ke laut. Daratan ini, kedepan akan digunakan sebagai area penanaman mangrove, untuk menciptakan sabuk hijau mangrove alami yang kuat sebagai benteng pertahanan pesisir terhadap gelombang laut.

Dengan demikian, maka hal ini akan dapat mengurangi dampak abrasi yang terjadi di desa Timbulsloko, Demak, sebagai desa percontohan HE.

Disarikan dari hasil wawancara dengan tim HE KeSEMaT: Vera Chandra P. Ferry S. P. dan Wellan O. W.

(Sumber foto: 1, 2, 3).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?