MANGROVEMAGZ. Bertempat di Desa Mangunharjo, Kecataman Tugu, Kota Semarang (24/10/15), GAPUTA (Ganecha Putra Tama) organisasi Pecinta Alam SMA N 3 Semarang yang bekerja sama dengan KeMANGTEER Semarang mengadakan acara penanaman mangrove yang bertajuk “Mangrove For Life – MFL.”
Acara yang diinisiasi oleh Dwinda Hayenda ini mengajak anak muda Semarang untuk lebih “aware” terhadap lingkungan, khususnya mangrove. Tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilakukan sebelumnya oleh GAPUTA, siswa yang akrab disapa Winda ini juga menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan kali ke-2 nya.
Dihadiri oleh 25 peserta yang berasal dari latar belakang berbeda, acara ini berlangsung dengan lancar dan disambut antusias oleh seluruh peserta.
Peserta MFL saat menuju Ngebruk.
“Sebelum ini, sudah dilaksanakan TM di Balaikota Semarang. Sebagian besar peserta juga belum pernah menanam mangrove,” tutur Winda.
Peserta terdiri dari siswa SMAN 3 Semarang, SMAN 15 Semarang, SMP-SMA Hidayatullah Semarang, Universitas Diponegoro, IKIP PGRI Semarang, American University, dan umum.
Susie Vulpas, salah satu peserta dari American University yang sedang melakukan penelitian di Indonesia juga turut menyatakan kegembiraannya, “Ini adalah pengalaman pertama saya menanam mangrove. Karena memang di Amerika juga tidak ada mangrove. It’s awesome!” tambah Susie yang sudah cukup lancar berbahasa Indonesia.
Susie Vulpas, mahasiswa asal Amerika saat menanam mangove.
Disampaikan pula oleh Bintang Antaras, siswa SMAN 15 Semarang bahwa ini adalah pengalaman pertamanya menanam mangrove.
“Awalnya diajak teman, namun saya ketagihan. Saya ingin melakukannya lagi,” tutur Bintang.
Jumlah mangrove yang ditanam, yaitu sebanyak 500 bibit jenis Rhizophora sp.
“Bukan dilihat dari jumlah bibitnya, melainkan dari aksi pasca penanaman yang dilakukan,” tutur Faisal, Direktur Yayasan IKAMaT yang turut berpartisipasi.
Foto bersama saat acara penanaman berlangsung.
Acara ini juga sekaligus monitoring dari kegiatan penanaman mangrove yang dilakukan oleh KeMANGTEER Semarang pada Agustus tahun lalu. KeMANGTEER sendiri adalah komunitas relawan mangrove yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
“Area lahan penanaman mangrove merupakan area pertambakan yang diharapkan dapat menjadi area feeding ground dan nursery ground ikan dan biota lainnya kelak, jika tanaman mangrove ini sudah tumbuh besar,” tambahnya.
Ali Imron, selaku tokoh pegiat mangrove Desa Mangunharjo, sekaligus ketua kelompok petani mangrove Kalisantren menyampaikan kegembiraannya karena semakin banyaknya masyarakat yang peduli terhadap mangrove, tidak hanya warga desanya saja, namun juga anak muda bahkan siswa SMP dan SMA.
Bapak empat orang anak yang turun temurun melanjutkan profesi ayahnya sebagai petani mangrove ini, juga menyampaikan bahwa di desanya memang rutin dilakukan penanaman mangrove, baik oleh warga desanya sendiri maupun dari luar, seperti yang dilakukan oleh GAPUTA dan KeMANGTEER Semarang.
Acara yang dimulai pada pukul 07.30 WIB ini dibuka dengan ramah-tamah yang disampaikan oleh Ali Imron bertempat di Rumah Belajar Mangrove “Ngebruk”. Kemudian kegiatan selanjutnya, yaitu susur tambak dan berlanjut ke acara inti penanaman mangrove.
Lokasi penanaman mangrove kali ini juga direncanakan akan membentuk “Crop Circle” berbentuk hati yang sebelumnya juga telah ada lebih dulu.
Selepas acara inti, peserta juga disuguhkan dengan jajanan mangrove berupa dawet mangrove yang terbuat dari tepung mangrove Bruguiera gymnorrhiza yang dibuat oleh ibu-ibu setempat, beserta pengenalan produk-produk mangrove lainnya, seperti stik dan batik mangrove.
Dawet mangrove, pelepas dahaga usai tanam mangrove.
“Diharapkan pada tahun berikutnya, GAPUTA dapat melaksanakan kegiatan serupa dengan jumlah peserta yang lebih banyak tentunya, karena selain untuk menambah ilmu dan pengetahuan, acara ini juga gratis alias peserta tidak dipungut biaya sama sekali,“ tutur Winda.
(Sumber foto: dokumentasi pribadi).
Traveller, love nature.