MANGROVEMAGZ. Menjadi kekinian, tak harus mengikuti zaman. Tapi sayangnya, anak muda sekarang, nampaknya malu jika tak mengikuti zaman. Padahal, mereka hanya suka ikut-ikutan, tanpa tahu ending-nya. Tentu saja, ini bakal bikin pusing bukan kepalang. Sebagai generasi muda penerus bangsa, bukan saatnya lagi menunggu reaksi. Segera membuat aksi, apapun itu asal kontinyu, kiranya jauh lebih baik, seperti kurangi penggunaan plastik dalam satu hari, tak menggunakan sedotan saat minum di restoran, hindari menggunakan plastik jika hanya membeli satu minuman dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan.
Sampah plastik yang “dihasilkan” oleh manusia yang terbuang tiap hari hanya akan berakhir di keranjang sampah. Baik jika dimanfaatkan, buruk jika hanya dibuang tanpa diakhiri dengan pemanfaatan.
Bertempat di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Semarang (28/11/15), telah diadakan Pelatihan Pengolahan Sampah Plastik yang dihadiri oleh perkumpulan Ibu-ibu PKK dari Mangunharjo dan Mangkang Kulon, Semarang.
Acara yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keahlian untuk mengolah sampah plastik yang kebanyakan dihasilkan oleh sampah rumah tangga.
KLHK dalam hal ini bekerja sama dengan CV. KeSEMaT Mangrove Indonesia (KeMANGI), mendatangkan nara sumber Bank Sampah “Resik Becik” dari Semarang. Olehnya, Ibu-ibu PKK yang hadir diberi pelatihan untuk memanfaatkan sampah plastik untuk dibuat menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual.
“Harapan kami, Ibu-ibu paham dengan manfaat plastik yang biasanya dibuang. Paling tidak, sekarang plastiknya harus dikumpulkan untuk dibuat kerajinan,” ujar Ika, perwakilan dari “Resik Becik”.
Hasil kerajinan sampah plastik berupa tas, dompet, penutup toples, gantungan kunci dan masih banyak lagi bentuk lainnya yang bisa dibuat
Selain memberikan pelatihan pemanfaatan sampah plastik, Ika juga memberikan edukasi dan pengetahuan mengenai sampah. Jenis-jenis sampah, cara menyortir sampah, dampak sampah, seberapa parah sampah telah mempengaruhi hidup manusia, dan informasi lainnya tentang sampah, dijelaskannya secara detail.
Selain melakukan pelatihan kepada warga sekitar, KLHK bersama CV. KeMANGI juga mengadakan acara bertajuk Gerakan Pantai Bersih dan Laut Lestari (GPB2L) yang dilaksanakan di TPI Mangkang Kulon. Acara ini merupakan kegiatan bersih pantai (coastal clean up) dan penanaman 1000 Cemara Laut.
Kegiatan ini (5/12/15), tidak hanya diikuti oleh masyarakat sekitar Mangkang Kulon dan Mangunharjo saja, tetapi juga dari siswa-siswi sekolah, mahasiwa, komunitas pecinta lingkungan dan masyarakat umum. Total peserta yang terlibat dalam acara ini mencapai 400 orang.
Suasana pembukaan GPB2L.
“Selain mengundang siswa-siswi sekolah dan komunitas pecinta lingkungan, kami juga membuka pendaftaran acara GPB2L ini secara online maupun offline. Kuota pendaftar yang kami sediakan sebanyak 100 orang, sudah terpenuhi hanya dalam waktu 4 hari,” ujar Ganis R. E, panitia acara, bangga.
Komunitas yang dilibatkan terbilang cukup banyak, diantaranya GAPUTA SMAGA, Green Community UNNES, KeMANGTEER Semarang, MDC, UKSA-387, HGC Semarang, KOPHI Jateng, KSR UNDIP, Racana UNDIP, dan Haliaster.
“Antusiasme dari para peserta sangat baik sekali. Dukungan dari Pemerintah Provinsi, Kota Semarang dan akademisi sangat mendukung sekali. Tujuan utamanya adalah menggugah kesadaran masyarakat dari hulu hingga hilir sungai dan dari diri kita sendiri yang dapat menimbulkan sampah. Sampah di wilayah pesisir dan laut sangat banyak, dan dapat mengganggu ekosistem. Kegiatan ini semoga saja mampu menyadarakan masyarakat,” ungkap Heru Waluyo dari Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, saat ditemui di tengah acara.
Selain dari komunitas pecinta lingkungan, kegiatan ini juga disambut baik oleh dinas-dinas terkait di Semarang. Hadir pada saat acara adalah Asisten Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, Balai Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kota Semarang, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang.
“Wilayah pesisir dan laut merupakan kawasan multi-sektor yang melibatkan banyak sektor, seperti KKP, PU, Dinas Tata Ruang, Dinas Sanitasi, Dinas Tata Kota dan lain-lain. Maka akan sangat mendukung apabila masing-masing sektor dapat saling berkoordinasi. Contohnya saja, seperti Dinas Sanitasi. Kalau masing-masing dinas, baik dari pemerintah pusat maupun daerah saling berkoordinasi, maka fokus menjadi lebih besar. Artinya, dari aspek anggaran misalnya, akan dapat dialokasikan dengan baik. Jika lintas sektor, maka akan meningkatkan upaya-upaya terhadap pemulihan yang akan dilakukan,” tambahnya.
Suasana penanaman mangrove jenis Cemara Laut.
Siti Nurhayati, Deska Dwi Iriana dan Nita Puspitasari (Peserta GPB2L) mengungkapkan GPB2L ini penting diselenggarakan di Kota Semarang karena masih minim kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan keberadaan mangrove di kota ini masih kurang.
Ketiga mahasiswa yang berasal dari Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro ini menyadari bahwa keberadaan dan peranan ekosistem mangrove sangat penting karena mangrove berfungsi untuk mencegah abrasi, mengurangi polutan yang ada di pesisir dan laut dan sebagai habitat biota pesisir dan laut.
Deska mengungkapkan bahwa kegiatan ini erat kaitannya dengan kegiatan konservasi pesisir. Dia bercerita pernah mengikuti kegiatan serupa di Mangkang Wetan, Jepara, dan Karimunjawa. Namun, pada hari ini kegiatannya agak berbeda dari yang sebelumnya. Deska menuturkan bahwa kegiatan penanaman mangrove asosiasi Cemara Laut yang ditanam di subtrat berpasir ini baru pertama kali diikutinya.
“Lebih asik nanem mangrove di lumpur, sih. Bisa seru-seruan main lumpur sekalian. Tapi yang kayak gini juga penting banget buat jaga alam pesisir,” tutur Siti.
Ketiga mahasiswa ini berharap mangrove yang mereka tanam akan dapat hidup dengan baik sehingga nantinya dapat berfungsi untuk melindungi wilayah pesisir dan laut serta menambah keindahannya.
“Mudah-mudahan, juga ada monitoringnya. Jadi, kita bisa tau tanaman yang kita tanam hidup atau enggak, Mbak,” tambah Nita.
Selain melakukan penanaman, inti dari GPB2L ini adalah melakukan bersih pantai. Peserta diajak mengambil seluruh sampah yang ada di sekitar lokasi penanaman. Semua sampah yang diambil diklasifikasikan berdasarkan jenis sampah, mulai dari sampah plastik, kain, kaca, styrofoam, karet dan jenis sampah lainnya. Setelah dikumpulkan dan ditimbang oleh panitia, tak disangka hasil yang didapat cukup mengejutkan, total sampah yang didapat mencapai 651 kg.
Dari mana semua sampah itu berasal? Tentu tak hanya dari pesisir saja, justru paling banyak berasal dari darat. Sampah dibuang begitu saja di sungai, dan pada akhirnya akan bermuara ke laut. Wilayah pesisir tidak hanya terpengaruh oleh masyarakat di sekitarnya saja, tetapi juga masyarakat yang tinggal jauh dari pesisir. Mulai sekarang, yuk, jangan buang sampah sembarangan.
(Sumber foto: CV. KeMANGI).
Ordinary woman with extraordinary God.