MANGROVEMAGZ. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem penting yang memiliki banyak fungsi dan manfaat secara fisik, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah pesisir. Keberadaan ekosistem mangrove akan mempengaruhi proses ekosistem dan ekologi di suatu wilayah pesisir. Maka, diperlukan penjagaan dan perlindungan yang berkelanjutan untuk memastikan ekosistem mangrove dapat lestari dan terjaga.
Sama seperti ekosistem lain, mangrove juga tidak lepas dari ancaman hama yang dapat mengganggu pertumbuhan dan kelestariannya. Hama dan ancaman yang sering kita ketahui adalah 3W, yaitu Wong (manusia), Wedhus (kambing), dan Wideng (kepiting). Ketiga hama dan ancaman tersebut seringkali membuat ekosistem mangrove menjadi rusak dan pertumbuhannya terhambat .
Namun, hama yang jarang disadari adalah ulat mangrove. Menariknya, ulat mangrove ini tidak termasuk dalam kategori hama yang sering disebut 3W, yaitu Wong (manusia), Wedhus (kambing), dan Wideng (kepiting) sebagai penyebab utama dalam kerusakan ekosistem mangrove, baik yang sudah stabil maupun dalam proses rehabilitasi atau konservasi.
Manusia dapat merusak ekosistem mangrove melalui penebangan dan alihfungsi lahan, kambing dengan memakan tunas daun, dan kepiting dengan membuat lubang di dekat akar. Sementara itu, ulat mangrove melakukan kerusakan secara bertahap dengan memakan dan menggerogoti daun mangrove sedikit demi sedikit.
Ulat mangrove sebagai hama mangrove yang jarang diketahui.
Kerusakan oleh ulat mangrove biasanya terlihat jelas tanda-tandanya pada daun mangrove, terutama pada jenis mangrove yang menjadi inang favorit ulat tersebut. Daun-daun mangrove yang dimakan sering menunjukkan tanda khas seperti berlubang, menggulung, atau bahkan habis dimakan, terutama pada daun mudanya.
Jika populasi ulat meningkat secara signifikan dan menyerang dalam jumlah besar, gangguan ini dapat mengurangi kemampuan pohon mangrove untuk melakukan fotosintesis.
Penurunan fotosintesis ini berdampak langsung pada pertumbuhan dan kesehatan tanaman, sekaligus mengganggu kemampuan pohon mangrove dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungannya, misalnya terhadap salinitas, perubahan pasang surut, atau kualitas tanah di habitatnya. (ADM).
(Sumber foto: IKAMaT).