HOME > EVENT > P3MN, Nelayan dan CSR Bank Sumut Tanam 10.000 Bibit Bakau

P3MN, Nelayan dan CSR Bank Sumut Tanam 10.000 Bibit Bakau

MANGROVEMAGZ. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Nelayan (P3MN) melakukan Penanaman 10.000 bibit tanaman Bakau di Kampung Nelayan, Medan Belawan. Kegiatan yang juga didukung Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Sumut dan sekitar 50 orang partisipan itu, bertujuan untuk pelestarian lingkungan dan tempat berkembangbiaknya ikan.

Direktur P3MN Leonardo Marbun mengatakan, salah satu penyebab turunnya hasil tangkapan, yaitu karena kerusakan ekosistem pesisir, terutama hutan mangrove. Karena itu menurutnya, revitalisasi hutan mangrove ini harus dilakukan secara berkelanjutan, mengingat masih sangat banyak orang yang bergantung pada sektor ekonomi ini, termasuk para istri nelayan yang membuat aneka penganan berbahan mangrove.

“Kegiatan ini memang harus kita lakukan secara terus menerus mengingat perlunya hutan mangrove dilestarikan, agar kehidupan para nelayan pencari ikan, udang, maupun kepiting dapat kembali normal. Makanya saya katakan, harus diperbaharui terus,” kata Leonardo, Sabtu (14/2/15).

Penanaman bibit mangrove di Kampung Nelayan.

Lanjutnya, masalah ini tak sesederhana yang dibayangkan kebanyakan orang. Namun juga karena banyaknya hutan mangrove yang beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Hal tersebut jelasnya, turut mengubah fungsi mangrove sebagai tempat tinggal ikan, kepiting dan udang.

Nova Anggreina, selaku pendamping anak nelayan yang juga merupakan Staf Administrasi P3MN mengatakan, kegiatan ini sangat mendesak untuk dilakukan agar ekosistem hutan mangrove di daerah ini dapat terjaga kelestariannya dan dapat dikelola oleh masyarakat secara berkesinambungan. Untuk itu menurutnya, masyarakat tidak hanya menanam tapi juga turut merawat dan melestarikan hutan mangrove.

Selanjutnya, P3MN kembali menggandeng CSR Bank Sumut dalam merevitalisasi hutan mangrove di Kampung Nelayan Belawan. Sebanyak 300 bibit mangrove diberikan lagi secara simbolik oleh ketua tim CSR Bank Sumut, Jansen Manurung, menyusul 9.700 bibit yang telah diberikan pada pekan sebelumnya.

Kegiatan yang semakin sering dilakukan ini guna mengefektifkan sarana dan pra sarana yang terdapat di Kampung Nelayan, apalagi mereka juga meresmikan keramba ikan yang berisikan bibit ikan kakap yang nantinya akan diberikan kepada 20 kepala keluarga yang sangat membutuhkan.

“Setelah minggu lalu kami memberikan 9.700 bibit mangrove, tepat pada peresmian keramba ikan ini, kami berikan 300 bibit lagi,” ujar Jansen setelah acara penanaman 10.000 bibit mangrove dan peresmian keramba ikan di Kampung Nelayan, Selasa (24/2/15).

Diharapkannya, apa yang telah diserahkan ini dapat digunakan sebesar-besarnya demi kepentingan masyarakat Kampung Nelayan. Dia juga mengajak semua pihak, baik bank maupun perusahaan yang ada di Sumatera Utara, mau membantu masyarakat yang berdomisili jauh dari pusat kota. Bila semuanya telah diperbaiki, tak menutup kemungkinan, lokasi ini bisa juga dibuat sebagai objek wisata mangrove seperti yang sudah ada di Bali. Tentu ini, kata dia, juga butuh dana yang besar.

Suasana penanaman mangrove.

“Yang penting sekarang adalah bagaimana kita dapat membantu perekonomian masyarakat pesisir ini. Jika sudah baik dari segi hutan yang tak gundul lagi, bisa jadi, suatu saat lokasi ini bisa dibuat sebagai objek wisata,” katanya.

Sementara itu, Direktur P3MN Leonardo Marbun mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas perhatian CSR Bank Sumut yang mau bekerja sama dengan P3MN dalam operasi penyelamatan hutan mangrove, sekaligus merealisasikan program P3MN sendiri yang ingin mengembangkan potensi kehidupan pesisir, baik secara sosial maupun ekonomi masyarakat nelayan.

Disampaikannya, banyak potensi hutan mangrove yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir seperti daun Jeruju yang bisa dibuat kerupuk maupun teh dan buahnya bisa dibuat penyembuh bisul. Ada lagi batang Api-api yang di Serdang Bedagai sendiri, buah dari batang ini sudah dibuat tepung yang nantinya akan dibuat dodol.

Dari segi itu saja kata Leo, sudah dapat membantu perekonomian masyarakat. Belum lagi, akar-akar mangrove ini yang digunakan tempat bertelurnya ikan, kepiting, dan udang. Masih kata dia, kegiatan ini amat penting untuk terus digalakkan mengingat, banyak lokasi hutan mangrove yang batangnya sudah mati sehingga hanya menjadi sampah di lokasi.

“Banyak batang mangrove yang sudah mati dan menjadi sampah di lokasi. Batang ini sebenarnya tak bisa dimanfaatkan lagi. Kalaupun ada ikan maupun kepiting yang singgah, hanya sepintas. Makhluk air tentu lebih memilih mencari akar tanaman yang masih hidup,” pungkas Leo.

(Sumber: dokumentasi pribadi).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?