HOME > SOSOK > Sang “Fajar” dari Mempawah

Sang “Fajar” dari Mempawah

MANGROVEMAGZ. Kondisi mangrove di Indonesia kian tahun kian menurun luasannya. Ditambah lagi belum banyak kegiatan yang mampu melawan kerusakan yang bertubi-tubi datang tersebut. Salah satu kegiatan rehabilitasi mangrove di pesisir Indonesia, dilakukan di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kabupaten Mempawah. Siapa tokoh Pejuang Mangrove Mempawah yang kiprahnya bak sang Fajar yang mampu menyinari sanubari warga pesisir di sana dengan inspirasi mangrovingnya? Berikut hasil wawancara Ganis Riyan Efendi dengan Raja Fajar Azansyah yang biasa dipanggil Pak Fajar melalui email.

Apakah singkatan Mempawah SOMF?
Organisasi kami bernama MMC = Mempawah Mangrove Conservation. SOMF = Save Our Mangrove Forest.

Kapan berdirinya? Apa bentuknya? Yayasan, LSM, perusahaan, lainnya?
Berdiri 11 Desember 2014, berbentuk ormas dan sudah berakte pendirian notaris pada tahun 2013. Ormas juga.

Berapa anggota aktif Mempawah? Punya warga binaan?
Tahun 2015 ini, anggota aktif MMC berjumlah 20 orang. Memiliki satu binaan olahan mangrove (dodol mangrove) dan lima cluster MMC di lima desa di Kabupaten Mempawah, untuk kegiatan konservasi mangrove.

Apakah yang mendorong Bapak untuk menyelamatkan ekosistem mangrove di Mempawah?
Melihat kondisi mangrove yang semakin berkurang dan pantai yang terus menerus mengalami abrasi. Kabupaten Mempawah memiliki garis pantai sekitar 89 km dan hutan mangrovenya hanya 739,31 ha (data: Benny Khairuddin, S3 IPB – 2014).

Pak Fajar saat bertemu dengan Aris Priyono (tengah, Editor MANGROVEMAGZ – red) di Kantor KeSEMaT. “Pertemuan yang sesuatu,” ujarnya.

Sebelum ada Mempawah, apakah sudah ada organisasi serupa di sini yang peduli dengan pelestarian mangrove?
Sebelum keberadaan MMC, masyarakat di Kabupaten Mempawah sudah banyak yang melakukan penanaman mangrove, yang bersumber dari dana pemerintah (proyek). MMC bukan yang pertama yang menanam mangrove, tapi kami yang pertama yang memiliki visi dan misi yang berkelanjutan, tidak hanya menanam, tapi mengkampanyekan penyelamatan hutan mangrove seluas mungkin.

Pastinya ada titik balik. Bisa diceritakan, bagaimana terjadinya hingga Bapak benar-benar mulai saat itu fokus demi pelestarian mangrove?
Suatu ketika, di tahun 2011, pada saat Hari Lingkungan Hidup, tidak ada sama sekali kegiatan yang berkaitan dgn moment tersebut. Lalu, mucul ide kami membuat kegiatan bersama teman-teman, dengan judul kegiatan “One Kid One Mangrove.” Pada saat sambutan, Bapak Camat Mempawah Hilir mengatakan, “Saya harapkan, kegiatan ini tidak sekedar seremonial dan habis pada saat ini juga, namun dapat terus berkelanjutan dan semakin luas kegiatannya.” Mulai dari sambutan itulah yang membuat saya mengajak teman-teman untuk bergabung dan membentuk ormas ini, dengan nama “Mempawah Mangrove Conservation.” Maka, 11 Desember 2011, kami memulai pembibitan dengan lokasi di pesisir kota Mempawah.

Pekerjaan Bapak? Keluarga? Istri, putra dan putri?
Alhamdulillah, saya dan istri PNS. Anak = 2 putri (9 tahun dan 4 tahun)

Latar belakang pendidikan Bapak, apakah memiliki hubungan dengan konservasi mangrove?
Tidak sama sekali, saya berlatar belakang Manajemen Pariwisata, lulusan STIEPAR Yapari – Aktripa Bandung, angkatan 1997. Belajar mangrove secara otodidak. Namun, rasa cinta dan kepedulian terhadap lingkungan yang membawa saya hingga sampai saat ini.

Pak Fajar dan MMC SOMF saat menanam mangrove dengan Khambec 70.

Apa saja kendala yang dihadapi Mempawah dalam melestarikan mamgrove di sini?
Kendala utama adalah merubah mindset masyarakat, bahwa kegiatan konservasi mangrove ini adalah proyek semua. Kepedulian mereka sangat kurang. Namun, masih ada orang-orang yang tulus bersama kami, berjuang menyelamatkan hutan mangrove di daerah ini. Selain itu, pendanaan untuk kegiatan konservasi.

Bagaimana Bapak mencari solusi dengan segala kendala yang Bapak hadapi?
Solusi: 1. Saya memulai PLH = Pendidikan Lingkungan Hidup. Saat ini sudah dua sekolah yang kami dampingi. Hal ini salah satu cara guna merubah pola pikir generasi muda, agar dapat lebih menghargai lingkungan, terutama hutan mangrove. 2. Kami mencoba meyakinkan pihak-pihak yang memiliki visi dan misi yang sama dalam menjaga lingkungan. Jika tidak ada donatur, tidak jarang memakai uang pribadi demi menjaga konsistensi kegiatan penanaman.

Salah satu kebanggaan Pak Fajar adalah bisa bekerja sama dengan KOMPAS di Mangrovestasi 2014.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan mangrove di Mempawah?
Menurut cerita orang-orang tua, nenek-nenek kita (oknum – red) suka menebang kayu mangrove untuk kayu bakar. Apalagi pada saat acara kawinan, pohon-pohon mangrove ditebang dan dijadikan kayu bakar untuk acara kegiatan tersebut, karena kayu dari pohon mangrove sangat baik. (khusus wilayah Kabupaten Mempawah, Kalbar).

Adakah sosok pejuang mangrove yang Bapak kagumi dan dijadikan panutan? Siapa? Mengapa?
Untuk saat ini, belum ada sosok yang spesifik saya kagumi, namun saya sangat menghargai Pejuang-pejuang Mangrove di daerah masing-masing yang terus berjuang dan tidak pernah kenal lelah.

Dalam menyelamatkan mangrove di sini, Mempawah bermitra dengan siapa saja?
Mulai dari 2013, saat ini, kami sudah bermitra dengan BI Pontianak, BRI Peduli, Yayasan KEHATI Jakarta, Dinas BLH Provinsi Kalbar, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalbar serta Indofood yang pada tahun ini mulai menyalurkan dana CSR mereka.

Program rutin apa saja yang dilakukan Mempawah untuk menyelamatkan mangrove di sini?
Program rutin: pembibitan, penanaman setiap bulan (penanaman rutin tiap bulan, akbar tiga bulan sekali), PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup – satu bulan dua kali), mangrove campaign satu tahun sekali.

Pak Fajar saat beraudiensi dengan salah satu CSR perusahaan di Mempawah.

Bagaimana partisipasi warga sekitar dengan kehadiran Mempawah?
Tidak semua warga masyarakat, dimana kami selalu wara-wiri di desa-desa mereka ikut bersama-sama kami menanam. Hanya dua desa yang warganya antusias ikut kami menanam mangrove dari lima desa, yang sudah terbentuk kelompoknya sekarang.

Nilai positif apa yang mulai berubah setelah Mempawah aktif berkiprah dalam konservasi di sini?
Nilai positif yang dapat kami lihat, mangrove sekarang dikalangan pelajar lebih dikenal. Selama ini yang tau mangrove hanya para nelayan, dan mereka yang mengerjakan proyek-proyek pemerintah saja. Setiap kami melakukan penanaman akbar, Mangrove Volunteers MMC bisa mencapai 150 orang. Kami tidak menyombongkan diri, tapi Alhamdulillah, informasi mangrove sudah sampai keluar Kabupaten Mempawah. Dibandingkan Pejuang Mangrove di daerah Jawa, kami belum ada apa-apa.

“Jadi Pejuang Mangrove harus punya kemauan yang tinggi,” ujarnya.

Kabarnya pernah bekerja sama dengan KOMPAS? Dalam event apa? Bisa dijelaskan suka dukanya?
Alhamdulillah, kami dipercaya mendampingi KOMPAS dalam kegiatan Mangrovestasi 2014, 27-28 Oktober 2014. Suatu kebanggaan dan kehormatan kami dapat terpilih dari 8 kota se-Nusantara. Setelah kegiatan tersebut, kami kembali di-support KOMPAS dalam kegiatan kami Mangrove Campaign 2014.

Apa potensi mangrove di sini yang tak dimiliki di daerah lain?
Kandelia candel, endemik langka yang hanya ada di beberapa daerah, kami punya di sini. Berkat kepercayaan yang diberikan WWF Pontianak, kami memiliki 20 pohon K. candel yang kami tanam di Mempawah. Asalnya adalah di daerah Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Demi memperbanyaknya, kami dapat 20 pohon untuk ditanam di areal Kabupaten Mempawah.

Kedepan, konsep konservasi mangrove apa lagi yang ingin Pak Fajar kembangkan lagi di sini?
Edu Ekowisata Mangrove, konsep ini yang sedang kami perjuangkan dan jalani pelan-pelan, semoga ada pihak-pihak yang mau ikut membantu. Jika Edu Ekowisata Mangrove terwujud, multiplier effect-nya akan sangat besar bagi perekonomian masyarakat pesisir.

Bisa sebutkan, nama dinas dan swasta juga kelompok lain penggiat mangrove di sini? Bagaimana caranya Mempawah bisa berhasil bersinergi dengan mereka?
Yang pernah kami ajak kerja sama menanam…, WWF Pontianak, Astra Pontianak, Mapala UNTAN, Mapala IAIN, komunitas motor HWBC = Honda West Borneo Club, dan juga Khambec 70 (Khatulistiwa Motor Bebec 70) mereka mulai 2013 sudah bantu kami menanam mangrove.

Apa pesan Pak Fajar untuk anak muda yang berkeinginan menjadi pejuang mangrove seperti Bapak?
Ape, ya? Bingung saya…, he… he… he… he… Dimulai dari kemauan yang tinggi jika ingin menjadi pejuang lingkungan, terutama pejuang mangrove. Karena kata” ‘GILA’ akan kita terima dari masyarakat. Menanam mangrove tidak susah. Bermodalkan ketekatan, ketekunan dan juga semangat yang tinggi. Semoga semua generasi muda, terutama yang tinggal di daerah pesisir, dapat menjadi Pejuang Mangrove. Mangrove for our future, save our mangrove forest, #savemangrove. Makasih… Sukses selalu.

“Sedikit tambahan boleh… awal saya mengenal mangrove, saya sering baca artikel-artikel dari blog KeSEMaT, lho…., dan 2013 berkesempatan ketemu Mas Aris (founder KeSEMaT – red) di base camp KeSEMaT. Itu sesuatu banget. :-). Sukses selalu.”

(Sumber foto: MMC SOMF).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?