MANGROVEMAGZ. Menjadi salah satu peserta termuda dalam ajang konferensi tingkat internasional menjadi kebanggaan tersendiri bagi Giovanny Eveline Wirahana. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh gadis yang akrab disapa Eveline ini. “Asia Pacific Business Forum 2015 (APBF 2015) menjadi momen yang tidak terlupakan bagi saya, meski bukan kali pertama saya mengikuti konferensi internasional, tapi setiap perjalanan selalu memiliki cerita yang menarik,” tuturnya.
Bertempat di Bangkok, Thailand, APBF 2015 digelar. Negara yang juga menjadi kantor pusat dari United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) ini merupakan tempat dimana APBF untuk ke-12 kalinya digelar (setelah setahun sebelumnya digelar di Kolombo, Sri Lanka-red). APBF sendiri merupakan forum diskusi multi-stakeholder yang diprakarsai oleh UNESCAP dan memiliki misi, yaitu menyediakan platform berupa dialog publik untuk mencapai bisnis yang tangguh dan berkelanjutan.
Lalu apa yang ditawarkan oleh Eveline dalam ajang ini? Berbekal ilmu mangrove dan tergabungnya ia dalam komunitas lingkungan khususnya mangrove, memberinya cukup banyak pengalaman.
Mulai dari aplikasi ilmu mangrove, seperti mangrove mapping hingga produk industri mangrove kreatif, berupa Cermang (Cerita Mangrove) dan Batik Bakau, dibawanya ke negeri gajah putih, tersebut. Cermang sendiri merupakan kumpulan dongeng untuk anak-anak yang bertemakan mangrove.
Cermang berjudul 20 Dongeng Mangrove ditawarkan Eveline di APBF 2015.
“Melalui buku ini, setiap anak dapat mendapatkan bekal pendidikan lingkungan secara mudah dan menyenangkan!” tutur mahasiswi Ilmu Kelautan UNDIP semester tujuh ini. Sedangkan batik sendiri merupakan warisan kebanggaan Indonesia. Hal yang membedakan Batik Bakau dengan batik lainnya, yaitu pewarna yang digunakan berasal dari alam, yaitu dari buah mangrove yang telah membusuk.
Acara yang berlangsung selama dua hari (2-3/11/15-red) beragendakan gala dinner dan penyampaian testimonial dari perwakilan masing-masing negara yang diselenggarakan oleh Trade and Industry Association of Singapore (TIAS), yang esok harinya dilanjutkan dengan sesi diskusi yang bertemakan “Driving Growth and Sustainability through Business.”
Kerennya venue milik PBB.
Ketertarikan Eveline dalam mengikuti acara ini berawal ketika satu tahun yang lalu mengikuti konferensi lingkungan bertajuk Asia Pacific Climate Change Adaptation Forum di Kuala Lumpur, Malaysia. Kemudian setelah kegiatan tersebut berlangsung, hal yang didapat tentunya networking hingga akhirnya ia bisa berada di Bangkok. Statusnya sebagai seorang mahasiswa membuatnya ingin memotivasi teman-teman di jurusannya untuk bisa lebih memperluas jaringan dengan mengikuti konferensi-konferensi semacam ini.
Eveline bersama peserta APBF 2015 saat gala dinner.
“Dari kegiatan ini pula, kita bisa mengasah mental untuk semakin siap dengan dunia global serta tidak hanya berada di bangku kuliah ataupun aktif berorganisasi,” tutur sulung dari dua bersaudara ini.
Dihadiri oleh 300 peserta yang berasal dari berbagai negara Asia Pasifik termasuk didalamnya lima orang perwakilan dari Indonesia, membuat cita-cita Eveline menjadi semacam dream comes true. Berawal dari gurauan teman-temannya di Malaysia untuk mengikuti kegiatan di Thailand hingga akhirnya kini menjadi kenyataan. Bahkan mimpi lainnya yang juga kembali timbul adalah keinginannya untuk bisa mengikuti Conference of The Parties (COP) dan bekerja di Kantor UNESCAP Bangkok, Thailand.
Eveline saat kenalkan batik mangrove.
Untuk bisa lebih dekat dengan Eveline ataupun bertanya mengenai bagaimana tips dan trik untuk bisa mengikuti konferensi, Anda dapat mengikuti akun Instagramnya di @evelinewirahana ataupun melalu akun Twitter @cicipelin. Seperti kutipan favoritnya yang berbunyi “Impossible is nothing, but anything is possible,” semoga kamu dapat mewujudkan mimpi-mimpi selanjutnya ya, Line!.
(Sumber foto: Giovanny Eveline Wirahana).
Traveller, love nature.