MANGROVEMAGZ. Saat ini sebagian besar wilayah pesisir berada dalam kondisi terdegradasi yang disebabkan oleh erosi pantai (abrasi), kerusakan ekosistem mangrove, pencemaran, dan perubahan iklim. Sudah banyak program-program aksi rehabilitasi wilayah pesisir yang dilakukan pemerintah, swasta, dan masyarakat, namun laju kerusakan pesisir lebih besar daripada upaya rehabilitasi yang dilakukan. Permasalahan tersebut perlu ditangani melalui peningkatan kesadaran stakeholders terkait.
Sebagai upaya menumbuhkan kepedulian masyarakat terutama generasi muda terhadap keberadaan, status, fungsi dan manfaat ekosistem pesisir, “Gerakan Cinta Laut” (Gita Laut) yang merupakan implementasi dari program poros maritim dengan tujuan meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap budaya maritim yang meliputi kegiatan Ayo Tumbuhkan Mangrove (ATM), salah satunya dilakukan melalui Jambore Pesisir yang merupakan kegiatan perkemahan dengan tujuan meningkatkan kecintaan masyarakat terutama generasi muda terhadap sumber daya pesisir.
Segala aktifitas yang menyebabkan kerusakan pesisir khususnya kerusakan mangrove merupakan hal yang dilarang, sesuai dengan Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pasal 35 yang menjelaskan larangan untuk melakukan eksploitasi sumber daya pesisir yang tidak bertanggung jawab.
Pada tahun 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan upaya rehabilitasi pesisir Pantura Jawa melalui program penanaman mangrove sebanyak 3 juta bibit, dan pembangunan struktur pengaman pantai berupa Hybrid Engineering (HE) – Alat Pemecah Ombak (APO) sepanjang 17.5 km, untuk Indramayu akan dilakukan penanaman mangrove seluas 30,65 ha.
Sejak tahun 2001, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menanam bibit mangrove di Kabupaten Indramayu sebanyak 521.300 bibit, khusus desa Karangsong sebanyak 161.000 bibit.
Kegiatan Jambore Pesisir tahun 2015 dilakukan di Desa Karangsong, Indramayu pada tanggal 12-14 Agustus 2015 dengan puncak acara bersamaan dengan Hari Pramuka, pada tanggal 14 Agustus 2015. Acara ini terselenggara berkat kerjasama dengan Kwartir Daerah Pramuka Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Indramayu.
Jumlah peserta Jambore Pesisir sebanyak 1.000 orang yang terdiri dari 900 peserta dari Indramayu dan 100 orang peserta dari Cirebon. Acara ini dihadiri oleh Instansi yang terkait di Pusat, Komisi IV DPR RI, Bupati Indramayu, Kwarda Jawa Barat, SKPD Provinsi dan Kabupaten Jawa Barat, Kwarcab se-Jawa Barat, serta Muspida dan SKPD Kabupaten Indramayu. Nampak para peserta Jambore Pesisir berfoto bersama Dede Yusuf (kedua dari kanan), selaku Ketua Pramuka Jabar.
Kegiatan ini diisi oleh berbagai aktivitas, diantaranya ATM, Bersih Pantai (Pesisir Berseri), Sekolah Pantai Indonesia (SPI), pelatihan pengolahan sampah, pelatihan pengolahan mangrove, pelatihan bioteknologi, perlombaan mengenai gerakan cinta laut, pawai, api unggun, dan pagelaran kesenian.
Kegiatan ATM dilakukan di lokasi ekowisata mangrove dengan menanam 1.000 bibit Rhizophora sp, SPI dilakukan di lokasi yang sama untuk pengamatan ekosistem mangrove untuk mengetahui kerapatan dan jenis mangrove. Sedangkan kegiatan bersih pantai dilakukan di sekitar Pantai Karangsong, begitu pula untuk pengamatan cuaca dan kegiatan pelatihan pengolahan sampah, pelatihan pengolahan mangrove, pelatihan bioteknologi, perlombaan dan kegiatan lainnya.
Program-program tersebut tidak dapat memberikan hasil yang nyata tanpa dukungan masyarakat dan pihak terkait lainnya. Peran serta masyarakat diperlukan untuk kepentingan pengelolaan secara berkelanjutan pada sumber daya hayati di ekosistem pesisir.
Peran serta ini penting karena masyarakat adalah stakeholders yang bersentuhan secara langsung dengan ekosistem pesisir. Kegiatan Jambore Pesisir merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat sejak usia dini, karena mereka merupakan generasi penerus bangsa.
(Sumber foto: dokumentasi pribadi).
Photographer at Pesawat Terbang Tanpa Awak OS-Wifanusa.