HOME > TIPS > Teknik Mencangkok Pohon Mangrove

Teknik Mencangkok Pohon Mangrove

MANGROVEMAGZ. Hutan mangrove memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem pantai. Fungsinya antara lain sebagai penahan abrasi/erosi pantai, pencegah intrusi, tempat berkembang biak ikan dan udang, bahkan hutan mangrove memiliki peluang untuk dijadikan sebagai alternatif perlindungan pantai dari bahaya tsunami.

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis, yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas.

Namun demikian, hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak, di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan, seperti Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras dan Lumnitzera.

Jenis mangrove tertentu seperti Rhizophora dan Avicennia memiliki daur hidup yang khusus. Benih yang ada pada tumbuhan induk akan berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah, sehingga akan menjadi lebih berat pada bagian terlarut dan akhirnya lepas.

Selanjutnya, semaian ini jatuh dari pohon induk dan selanjutnya mengapung di perairan atau menancap pada sedimen. Secara bertahap akan tumbuh menjadi pohon.

Selain proses penanaman alami tadi, juga untuk jenis-jenis mangrove tersebut, dapat dilakukan melalui persemaian bibit, yaitu dengan cara disemaikan langsung ke kantong-kantong plastik atau ke dalam botol air mineral bekas yang sudah berisi media tanah.

Sebelumnya, bagian bawah plastik atau botol air mineral bekas diberi lubang sebagai tempat keluarnya air yang berlebih. Namun untuk jenis mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil seperti Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera racemosa sangat sulit dilakukan penanaman melalui persemaian bibit maupun secara alami.

Untuk mengatasi hal tersebut, perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif, yaitu sistem cangkok. Penulis telah berhasil melakukan pencangkokan mangrove dari jenis Excoecaria agallocha, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera racemosa.

Cara mencangkok tumbuhan mangrove hampir sama dengan mencangkok tumbuhan darat, seperti tumbuhan mangga atau rambutan. Tahap-tahap mencangkok tumbuhan mangrove adalah sebagai berikut:

a. Memilih ranting. Ranting yang akan dicangkok berdiameter kurang lebih 0,5 cm, usia sedang dengan tanda warna kulit kayu keabu-abuan, tidak hijau dan tidak coklat.

b. Mengupas kulit kayu. Letakan sayatan-atas tepat di atas ruas ranting. Sayatan-bawah dibuat dengan jarak 3-5 cm dari sayatan-atas. Untuk menyayat, gunakan pisau yang tajam, yang terbaik gunakan pisau okulasi.

c. Mengerok kambium. Setelah dibuat sayatan akan tampak jaringan kayu dengan lapisan kambium di bagian luarnya. Untuk menghilangkan lapisan kambium, lakukan pengerokan dengan menggunakan kertas. Setelah dikerok, biarkan ranting selama 3 hari (untuk jenis Bruguiera cylindrica dan Lumnitzera racemosa). Sedangkan untuk jenis Excoecaria agallocha dan Aegiceras corniculatum selama 4 hari karena mangrove jenis ini mempunyai getah.

d. Membungkus cangkokan. Sebelum dibungkus, bekas sayatan diberi hormon perangsang pertumbuhan akar (ZPT). Media pembungkus cangkokan pada tumbuhan mangrove berbeda dengan media yang digunakan pada pencangkokan darat. Bila pada tumbuhan darat medianya menggunakan tanah lembab yang dicampur pupuk kandang, sedangkan pada pencangkokan mangrove digunakan media dari tanah (sedimen) yang sesuai dengan sedimen tempat hidup induknya dengan ditambah rumput laut agar sedimen lebih subur. Media ditutup dengan menggunakan plastik agar tetap basah. Untuk mengurangi penguapan, dapat dilakukan dengan mengurangi daun-daun di ranting.

Bentuk buah Aegiceras corniculatum, seperti pisang. Di Jawa, jenis mangrove ini disebut Gedangan yang berarti pohon yang berbuah seperti pisang.

Akar cangkok mangrove dimulai pada bulan ke tiga. Selama proses perkecambahan akar muncul dengan warna putih. Warna berubah jadi coklat keabuan setelah cangkokan berumur empat bulan dan berubah lagi menjadi coklat setelah cangkokan berumur lima bulan.

Secara umum bentuk akar cangkokan mangrove sama dengan bentuk akar cangkokan tumbuhan lain, yaitu tidak mempunyai bentuk akar yang sama dengan tumbuhan induknya.

Akar cangkokan tidak mempunyai akar utama (primer), dia hanya mempunyai akar sekunder. Bentuk umum dari akar cangkokan mangrove adalah kerucut memanjang.

Dengan bentuk ini, memudahkan akar cangkokan untuk menyerap air dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan. Tingkat keberhasilan suatu cangkokan dapat kita ketahui dari tumbuhnya akar.

Bentuk buah Bruguiera cylindrica saat matang di pohon.

Hasil penelitian
Pada penelitian ini digunakan dengan metode perhitungan kecepatan pertumbuhan panjang akar. Dengan metode tersebut didapatkan nilai kecepatan pertumbuhan untuk jenis Excoecaria agallocha sebesar 9,369 x 10-7 m/s, Lumnitzera racemosa sebesar 7,628 x 10-7 m/s, Aegiceras corniculatum sebesar 5,534 x 10-7 m/s dan untuk Bruguiera cylindrica sebesar 4,145 x 10-7 m/s.

Nilai kecepatan pertumbuhan akar pada cangkokan mangrove berbeda-beda dari jenis yang satu dengan jenis yang lain, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor genotip dan bentuk akar.

Dari nilai kecepatan pertumbuhan akar tersebut dapat kita ketahui tingkat kesuburan dan keberhasilan cangkokan. Jenis Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang tingkat keberhasilannya paling tinggi dan merupakan jenis mangrove yang paling mudah untuk dicangkok.

Lumnitzera racemosa menduduki tingkat kedua, Aegiceras corniculatum menduduki tingkat ketiga sedangkan untuk tingkat keempat diduduki oleh jenis Bruguiera cylindrica.

Bunga putih pada Lumnitzera racemosa yang membedakan jenis ini dengan jenis Lumnitzera lainnya.

Excoecaria agallocha merupakan jenis mangrove yang paling mudah untuk diperbanyak dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Hal ini dikarenakan lokasi tumbuh jenis ini berada di darat, oleh karena itu karakteristiknya hampir sama dengan tumbuhan dikotil darat biasa.

Bentuk akar cangkokan dari Excoecaria agallocha adalah kerucut memanjang dengan banyak cabang dan mempunyai rambut akar. Dengan bentuk tersebut memudahkan akar untuk menyerap air dan mineral bagi pertumbuhannya.

Pada penelitian Lumnitzera racemosa, diambil di lokasi yang berada di daratan bila perairan mengalami surut terendah dan berada di air bila perairan mengalami pasang tertinggi. Dengan demikian sifat perakaran yang dimiliki mangrove jenis ini tidak jauh beda dengan sifat yang dimiliki oleh Excoecaria agallocha.

Hal ini menyebabkan kecepatan pertumbuhan akar pada pencangkokan, nilainya tidak jauh beda dengan Excoecaria agallocha. Bentuk akar cangkokan dari Lumnitzera racemosa hampir sama dengan bentuk akar Excoecaria agallocha, yaitu kerucut memanjang dengan cabang dan serabut yang lebih sedikit daripada Excoecaria agallocha.

Ukuran diameternya lebih besar daripada Excoecaria agallocha. Aegiceras corniculatum mempunyai bentuk akar kerucut memanjang, ukuran diameternya lebih besar daripada Lumnitzera racemosa. Nutrisi yang berada di media cangkok banyak digunakan untuk pertumbuhan pelebaran akar daripada perpanjangan akar. Hal ini membuat perpanjangan akarnya lebih lambat.

Bruguiera cylindrica merupakan jenis mangrove yang paling sulit untuk dilakukan perbanyakan dengan cara vegetatif buatan dengan sistem cangkok. Sifat dari akar yang terdapat pada Bruguiera cylindrica merupakan kebalikan dari yang dimiliki oleh Excoecaria agallocha.

Batang utama Bruguiera cylindrica mempunyai akar yang paling pendek dibandingkan dengan jenis mangrove yang lain. Selain itu ukurannya paling besar. Nutrisi yang ada pada media cangkok lebih banyak digunakan untuk pelebaran daripada perpanjangan.

Kesimpulan
Perbanyakan tumbuhan mangrove dengan sistem cangkok mempunyai kelebihan dibanding perbanyakan dengan sistem alami atau melalui persemaian bibit. Kelebihan-kelebihan tersebut adalah:

(1) tanaman memiliki sifat seperti induknya
(2) bebas menentukan spesies yang kita kehendaki
(3) waktu yang diperlukan untuk perbanyakan relatif singkat
(4) jumlah perbanyakan bibit dapat lebih banyak
(5) murah dan mudah dilakukan
(6) bebas dari ancaman kepiting dan gastropoda
(7) tumbuhan mangrove yang mempunyai buah sedikit dan kecil-kecil yang sulit diperbanyak dengan sistem perbanyakan alami atau persemaian bibit akan mudah dilakukan dengan sistem cangkok
(8) dapat dilakukan kapan saja.

Dengan berhasilnya penelitian pencangkokan terhadap tumbuhan mangrove dari jenis Bruguiera cylindrica, Lumnitzera racemosa, Excoecaria agallocha dan Aegiceras corniculatum, maka rehabilitasi kawasan mangrove di wilayah pesisir akan lebih dapat terlaksana, sehingga garis pantai akan berkurang dari ancaman abrasi yang disebabkan oleh arus dan gelombang.

(Sumber foto: 1, 2, 3, 4).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?