Di Kalimantan, Bekantan juga dikenal dengan nama Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau. Hidup selalu berkelompok, dengan minimal jumlah 10 sampai 32 ekor, monyet ini menghabiskan sebagian hidupnya bergelantungan di atas pohon. Kemampuan mereka untuk “hinggap” dari satu pohon mangrove ke pohon mangrove lainnya juga sangat baik, sehingga Bekantan mampu “kabur” ke atas pohon, jika dirinya merasa terancam.
Kawasan Konservasi Mangrove Bekantan (KKMB) merupakan salah satu tempat wisata tracking mangrove di Tarakan, Kalimantan Utara yang menjadikan Bekantan sebagai daya tarik wisata utamanya.
Apabila berkunjung ke sana di pagi hari, Anda akan menemukan Bekantan sedang asyik menikmati “sarapan paginya” berupa buah-buahan, seperti pisang. Selain memakan buah-buahan, Bekantan juga memakan dedaunan dan bunga mangrove.
Bekantan di KKMB memiliki kebiasaan yang unik. Saat petugas memberikan pisang, sekitar pukul 08.00 WITA, sang Ketua Kelompok Bekantan akan membiarkan kelompok kecilnya untuk makan terlebih dahulu, sementara dia sibuk mengawasi kondisi sekitar, seolah memastikan tak ada gangguan bagi anggota kelompoknya.
Bekantan termasuk hewan yang tidak suka dengan keberadaan manusia di dekatnya. Jadi, jika Anda ingin mengabadikan fotonya, disarankan untuk menggunakan lensa tele agar Bekantan tak merasa terganggu.
Menurut Wikipedia, Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Sedangkan betinanya hanya berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaannya mengonsumsi makanannya.
Seperti dijelaskan di atas, bahwa selain buah-buahan dan biji-bijian, monyet yang dijadikan maskot wisata keluarga Dunia Fantasi (Dufan) di Ancol, Jakarta ini (Bekantan jantan), juga memakan aneka daun-daunan sehingga menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Hal inilah yang mengakibatkan efek samping perutnya jadi membuncit.
Sistem sosial Bekantan pada dasarnya adalah one-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu, juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa Bekantan jantan.
Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal ini dimungkinkan sebagai strategi Bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding (perkawinan sekerabat).
Bekantan juga dapat berenang dengan baik. Mereka kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lainnya. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, maka pada sela-sela jari kakinya terdapat selaput.
Selain mahir berenang, Bekantan juga dapat menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.
Oh, ya. Bekantan juga merupakan maskot fauna dari provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990.
Sebagai akibat dari hilangnya habitat hutan mangrove dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, maka Bekantan saat ini berstatus terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini juga didaftarkan dalam CITES Appendix I yang berarti tidak boleh diperdagangkan.
Sehubungan dengan statusnya yang terancam punah, maka Mangrove Action Project dalam websitenya menginformasikan bahwa saat ini, jumlah Proboscis Monkey di seluruh dunia hanya tersisa ribuan saja. Jumlahnya yang terus menurun, juga diakibatkan karena diburu untuk keperluan konsumsi dan obat-obatan Cina.
TN Sebangau menambahkan bahwa pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja, tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan.
Data dan Fakta Bekantan
Kementerian Kehutanan RI merangkum data dan fakta Bekantan, sebagai berikut di bawah ini:
Nama-Latin: Nasalis larvatus.
Nama-Inggris: Proboscis Monkey.
Status: Dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No. 134 dan No. 266 jo UU No. 5 Tahun 1990. Berdasarkan Red Data Book termasuk dalam kategori genting, dimana populasi satwa berada di ambang kepunahan.
Penyebaran
Bekantan merupakan satwa endemik yang hanya hidup di Pulau Borneo, terutama di pinggiran hutan dekat sungai, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan mangrove dan kadang-kadang sampai jauh masuk ke daerah pedalaman.
Ciri Khas
Seperti primata lainnya, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu). Kepala, leher, punggung dan bahunya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai coklat kemerah-merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan.
Perbedaan Jantan dan Betina
Jantan: Rambut pipi bagian belakang berwarna kemerah-merahan dan bentuk hidung lebih mancung.
Betina: Rambut pipi bagian belakang berwarna kekuning-kuningan dan bentuk hidung lebih kecil.
Tingkah Laku
Masa kehamilan 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak. Setelah berumur 4-5 tahun sudah dianggap dewasa. Bekantan hidup berkelompok/sub kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 20 ekor.
Bekantan aktif pada siang hari dan umumnya dimulai pagi hari untuk mencari makanan berupa daun-daunan dari pohon rambai/pedada (Sonneratia alba), ketiau (Genus motleyana), beringin (Ficus sp), lenggadai (Braguiera parviflora), piai (Acrostiolum aureum), dan lain-lain.
Pada siang hari, Bekantan menyenangi tempat yang agak gelap/teduh untuk beristirahat. Menjelang sore hari, dia akan kembali ke pinggiran sungai untuk makan dan memilih tempat tidur. Bekantan pandai berenang menyeberangi sungai dan menyelam di bawah permukaan air.
Lokasi untuk Melihat Bekantan
1. Suaka Margasatwa (SM) Pleihari Tanah laut, 80 km dari Banjarmasin.
2. SM Pleihari Martapura
(satu lokasi dengan Taman Hutan Raya – THR- Sultan Adam), 70 km dari Banjarmasin.
3. Cagar Alam (CA) Pulau Kaget, dua jam dengan perahu motor/kelotok dari Banjarmasin.
4. CA Gunung Kentawan, 160 km dari Banjarmasin.
5. CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang, 276 km ke Batulicin dilanjutkan dengan speed boat menuju Teluk Kelumpang, 4 jam dari Banjarmasin.
6. Hutan Wisata Alam Pulau Kembang, 10-30 menit dengan perahu motor/speed boat dari Banjarmasin.
Kita juga dapat melihat Bekantan di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir dan Sungai Tapin. Di sekitar Banjarmasin dapat dilihat di Pulau Kaget dan Pulau Kembang.
Penting sekali terus menjaga keberadaan hutan mangrove di Indonesia, terutama di Borneo, karena bila tidak, maka si Monyet Hidung Panjang ini akan punah selamanya dari muka bumi.
Kudus – Semarang – Tembalang.