MANGROVEMAGZ. Tiga tahun lalu, selepas dari SEPTEMBER 2015, event yang digelar KeMANGTEER Jakarta untuk penanaman mangrove di Taman Nasional Kep. Seribu Jakarta itu, jiwa semangat muda gue berkobar lagi, meninggikan gairah muda semasa di perkuliahan yang aktif di organisasi pelestari mangrove, KeSEMaT. Yes, yoi! UNDIP telah mengajarkan banyak hal, salah satunya adalah jiwa muda gue untuk menjadi seorang Mangrover. Thank Semarang, thank Allah SWT.
Dan, di bulan Desember 2015 itu, kembali gue menerima undangan untuk penanaman mangrove, tepatnya di kabupaten Bekasi, daerah Muara Gembong. Siapa pengundangnya? Yup, HSE (Health, Safety, Environment) Indonesia Regional Bekasi.
Percepatan komunikasi yang didukung oleh perkembangan zaman di era globalisasi-lah yang menyuport kegiatan ini begitu cepat terlaksana, dan akhirnya gue dapet undangannya.
Publikasi acara HSE Indonesia Regional Bekasi Tanam Mangrove.
Sebagai tenaga HSE, saat itu, gue bekerja di salah satu perusahaan swasta PDN (Pemodal Dalam Negeri) yang bergerak di bidang Cementing Drilling Contractor (Eksplorasi Pengeboran Minyak dan Gas Bumi).
Secara otomatis, maka gue terdaftar sebagai member HSE Indonesia Regional Bekasi, tempat berkumpulnya para ahli, pakar dan profesional HSE di Bekasi.
Balik ke acara mangroving penanaman mangrove, baru satu hari join, gue langsung dapet undangan untuk 30 seat peserta penanaman mangrove, dan gue langsung bilang iya buat ikutan acara tersebut. Dan, ternyata gue adalah peserta nomer 30 dan pendaftaran langsung di-closed setelah gue mendaftar. Betapa beruntungnya diri gue!
Menyusuri pematang tambak, sebelum menanam mangrove. Yes, yoi!
Hari itu, 19 Desember 2015, acara kami mulai. Beberapa peserta dan panitia pada hari sebelum acara sudah dikumpulkan di satu forum grup aplikasi WhatsApp (WA) dan sudah saling berkordinasi. Ada yang bawa istri, anak, suami, ponakan, pacar, mantan istri, mantan pacar, dan gue bawa temen cowok. He… he… he.
Namanya Bang Widi, begitu gue memanggilnya. Dia profesional muda yang berkarir di Kementrian Perhubungan, bidang kereta api, satu kantor dengan Mr. Ignasius Jonan (Menteri Perhubungan RI).
Bang Widi mengaku kecanduan mangroving nanem mangrove, gara-gara gue dan semangat buat belajar tentang mangrove, sejak mengikuti acara SEPTEMBER. Dia menghubungi gue buat ikutan acara penanaman ini, setelah melihat postingan poster HSE Indonesia Regional Bekasi via akun Path gue. He… he… he. Cadas!
Lanjut, pagi itu, kami sepakat buat meet up di meeting point (mepo) di Meetland Tambun Bekasi (untuk yang memakai mobil) dan Summarecon Bekasi (untuk yang memakai motor). Yup, jelas gue mepo di Summarecon Bekasi. Hi… hi… hi.
Mangroving nanem mangrove bikin kecanduan. Cobalah, Vro!
Kami berangkat pukul 08.30 WIB (Waktu Indonesia Bekasi) dengan cuaca mendung dan hujan gerimis. Kami pakai rain coat dan selalu safety driving, utamakan kesehatan dan keselamatan, itu main-konsen kami dalam beraktivitas.
Sesampai di lokasi, kami parkir di kantor Kecamatan Muara Gembong, setelah sekitar tiga jam berkendara dengan banyak bahaya di jalan yang berhasil kita kontrol resikonya. Ceilleh…, Anak HSE!
Semua peserta berkumpul, bersih diri sejenak, istirahat dan bercengkerama antar anggota dan keluarga anggota peserta. Setelah itu, kami safety briefing buat acara penanaman mangrove di Muara Gembong yang dipimpin oleh pemandu lokal kawasan mangrove setempat dan Ketua HSE Indonesia Regional Bekasi, yaitu Pak Indra (HSE PT. Linc Logistic).
Kebetulan, Pak Indra ini adalah Alumni Teknik Kimia UNDIP Angkatan 2002, sekaligus Alumni MAPALA Teknik Kimia UNDIP, yaitu OXYGEN. Yah, semakin mantap gue, ketemu sama alumni di sini. He… he.
Tanam Mangrove di Laut Jawa
Tracking kami mulai! Awalnya, kami naik perahu menyusuri sungai. Sekitar 20 menit, kami sampai di kawasan mangrove Muara Gembong, dan yang kami tuju adalah rumah masyarakat nelayan lokal. Di sana, kami bersih diri untuk istirahat, salat dan makan siang. Sehabis itu, kami bergegas buat ke lokasi penanaman, yang tak jauh dari rumah tadi.
Lokasi penanamannya adalah di tambak ikan nila dan jenis ikan lainnya. Kondisi mangrove di sini merupakan mangrove alami. Jika dilihat dengan kasat mata, banyak ditemui jenis mangrove Rhizophora dan Sonneratia.
Tanam mangrove di pesisir Muasa Gembong juga pesisir Laut Jawa. Sensasinya luar biasa!
Jika dilihat dari tinggi tumbuhan mangrovenya, maka terdapat banyak pohon, anakan dan semai mangrove yang banyak disumbang tenaga penanamannya oleh aktivis lingkungan, komunitas dan juga pelajar/mahasiswa dari berbagai daerah, dari dalam maupun luar Bekasi.
HSE Indonesia Regional Bekasi mencatat sejarah pada pada hari itu, karena menanam mangrove jenis Sonneratia.
Dengan dibantu oleh masyarakat lokal pelestari mangrove setempat, kawan-kawan yang sudah pernah menanam mangrove dan juga yang belum pernah sama sekali menanam mangrove, jadi sadar akan pentingnya mangrove setelah mendapatkan penjelasan dari Bapak-bapak pelestari mangrove tersebut.
Mangroving kali ini jadi istimewa karena disertai penyerahan bantuan buku dan alat tulis untuk warga setempat.
Kondisi lingkungan nelayan Muara Gembong yang diposisikan sebagai lokasi penanaman mangrove ini adalah lingkungan nelayan. Budaya yang ada di sini adalah budaya Betawi. Namun, sebenarnya masyarakat asli dari nelayan di Muara Gembong ini adalah masyarakat dari luar Bekasi yang dulunya beraktivitas sebagai nelayan yang sering melaut di sekitaran laut Muara Gembong.
Karena kebutuhan menetap dalam aktivitas perikanan tangkap yang tidak sebentar, maka mereka memutuskan untuk tinggal di pesisir Muara Gembong sampai menjadi keluarga, rukun warga, rukun tetangga dan menjadi sebuah desa dari kecamatan Muara Gembong. Itulah sekilas tentang sosial budaya masyarakat pesisir Muara Gembong.
Selain penanaman mangrove tersebut, kami dari forum HSE juga mengadakan serah terima alat tulis, juga buku bacaan kepada perpustakaan lokal Muara Gembong yang dekat dengan lokasi penanaman.
Menyantap Dodol Mangrove
Saat selesai acara, peserta semua bersih-bersih, mandi, salat dan bersantai, menunggu semua siap untuk menjutkan tracking kedua, yaitu melihat konservasi Lutung Jawa yang merupakan hewan endemik di ekosistem mangrove Muara Gembong.
Saat gue selesai bersih-bersih, gue disuguhi makanan yang sudah tak asing lagi bagi gue, yaitu dodol mangrove. Dodol mangrove ini dijual di sini dan buat orang sini. Gue coba makan. Yes…, lezat. Bumbu yang pas!
Gue makan bersama masyarakat setempat yang menjadi leader penanaman mangrove, kemudian gue keluarin buku dari ransel gue. Buku legendary karangan Aris Priyono, yaitu buku “Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove dan Panduan Praktis Teknik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan Pesisir Indonesia.” Dan, gue tunjukan kalau dodol mangrove yang barusan kami santap, sudah ditulis di buku tersebut.
“Wow,” kata masyarakat tersebut, dan berkata, “Wah, ternyata ada di buku ya, Mas. Produk saya ada di buku,” kata mereka.
“He… he… he,” gue jawab, “iya, Pak. Iya, Buk. Buku ini buat Bapak saja. Kalau mau yang versi PDF, saya nanti kirim via email, Pak. Ini kartu nama saya, Pak. Perkenalkan, saya Yogha, dari KeSEMaT UNDIP,” jawab gue.
Dan, Bapak tersebut berkata, “Oh, Anak KeSEMaT. Ya, saya tahu KeSEMaT,” katanya. Bangga banget, ternyata nama organisasi gue sudah familiar oleh masyarakat pelestari mangrove di Muara Gembong.
Jumpa Lutung Jawa
Oke, setelah cukup bercengkerama dengan kawan-kawan peserta dan masyarakat, kami lanjut ke dermaga dan naik perahu buat menelisik hewan endemik, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus). Setiba kami di lokasi dan merapat di dermaga, kami langsung turun dan menikmati sejuknya ekosistem mangrove yang dilengkapi dengan fauna tersebut.
Di kawasan ini, agak berbeda dengan kawasan lokasi penanaman mangrove sebelumnya, dimana di sini terdapat beberapa mangrove jenis asosiasi, seperti Jeruju (Achantus illicifolius), Butun (Barringtonia asiatica) dan Widuri (Calotropis gigantea).
Lutung Jawa. Satwa endemik sedang “bercengkerama” dengan hutan mangrove.
Lutung Jawanya lumayan banyak dan akrab sekali “bergaul” dengan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Kawasan yang digunakan untuk konservasi Lutung Jawa ini mendapatkan perhatian dari pemerintah melalui legal hukumnya, yaitu Kepmen Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 733/Kpts-II/1999 yang menetapkan bahwa Lutung Jawa adalah satwa yang tergolong dilindungi.
Namun, sepertinya sampai saat ini belum ada peraturan dari sistem dalam bentuk perundang-undangan yang menegaskan bahwa tempat ini adalah kawasan konservasi daerah untuk Lutung Jawa, sehingga banyak permasalahan yang pelik antara ekosistem mangrove dan fauna endemiknya, dengan oknum masyarakat nelayan di sekitarnya, yang menjadikan kepentingan hidupnya ditumpangtindihkan dengan kelestarian alam ekosistem mangrove Muara Gembong.
Papan nama larangan berburu di kawasan hutan mangrove Muara Gembong.
Sunset tiba…, kami-pun bergegas ke dermaga untuk menaiki perahu kembali. Kami berangkat menyusuri sungai yang merupakan estuari menuju Laut Jawa. Mantap! Sesampai di dermaga terdekat, di dekat kantor kecamatan, kami berkumpul dan melakukan safety briefing, lalu pulang ke rumah masing masing.
Sekian perjalanan dan pengalaman hari ini. Fantastis, sederhana, tapi luar biasa. Salam MANGROVER!
(Sumber foto: dokumentasi pribadi).
Mastering Engineer | Atur Planing Dunia & Akhirat | Founder HSE Kelautan UNDIP