HOME > MUDA > Aku dan Mangroveku

Aku dan Mangroveku

MANGROVEMAGZ. Terdengar cukup riuh pagi itu di bawah tenda, tempat dimana kami berkumpul. Ada yang asyik berswafoto, ada yang bersendau gurau, ada juga yang sedang ganti pakaian karena kami akan segera terjun ke lokasi. Hah? Terjun ke lokasi? Emang kami mau ngapain?

Minggu, 30 April 2017
Benar saja, saat itu aku menjadi salah satu peserta Mangrove Restoration 2017 yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur, alias KeSEMaT. Pagi itu, masih sekitar pukul 9 pagi, namun matahari sudah terasa terik karena cuaca pagi itu cukup cerah. Semua orang, baik panitia maupun peserta tampak sibuk berkemas, bersiap untuk ke lokasi penanaman mangrove.

Setelah semua siap, kami pun bergegas menuju ke lokasi. Wah, semuanya terlihat bersemangat dan tidak sabar untuk segera menanam. Lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari tenda tempat kami berkumpul tadi.

Sesampainya di lokasi, panitia melakukan serangkaian prosesi simbolis singkat dan dilanjut dengan foto bersama, dan kami pun langsung mulai menanam.

Huaaa, ini lumpurnya dalem banget!” teriak salah seorang kepada yang lain.

Super hero melindungi manusia dari kejahatan, mangrover melindungi pesisir dari abrasi yang mengancam.

Aku perhatikan mereka, tampaknya sangat seru. Aku pun tidak mau ketinggalan dan langsung ikut nyemplung ke lumpur.

Eh, tolong tarik, dong. Aku gak bisa gerak, nih!,” kataku sambil menjulurkan tangan ke peserta lain di sampingku.

Lama-kelamaan, kami bisa menyesuaikan diri dengan keadaan “lumpur hisap” di situ.

“Bibit dong, mana bibitnya? Minta bibitnya…”

“Ajir, ajir…, yang butuh ajir siapa?”

“Hati-hati yang sana, dalem banget!

Suasana terasa semakin ramai, suara kami terdengar saling bersahutan. Sesekali, aku dan beberapa peserta lainnya memanggil si Fotografer untuk mengabadikan aksi kami (wah, narsis juga ya. He… he….).

Hari semakin terik, rupanya matahari sudah tepat di atas kepala, menunjukkan sekitar pukul 12.00 WIB. Semua bibit mangrove sudah berhasil kami tanam. Kami pun menyudahi kegiatan “mandi lumpur” dan kembali ke tenda untuk bersih-bersih diri.

Mangrove, mereka bergandengan, saling terikat satu sama lain.

Sebagian hanya cuci kaki dan tangan, sebagian memilih mandi. Aku juga memutuskan untuk mandi karena terasa cukup gatal di kulit. Hmm..., sungguh hari yang melelahkan, sekaligus menyenangkan. Banyak moment tak terlupakan ketika bersama mereka dan “mangroveku”.

Satu hal yang aku sadari dari mangrove, yaitu bahwa mangrove kuat karena mereka tidak pernah berdiri seorang diri. Akar mereka saling bergandengan, saling ikat satu dengan yang lainnya. Begitu pula kita seharusnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita akan kuat ketika kita bersatu.

Bagiku, mangrove bukan hanya sekedar gaya hidup, melainkan adalah kehidupan itu sendiri.

(Sumber foto: KeSEMaT dan dokumentasi pribadi).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?