HOME > MUDA > Aku, Mangroveku dan Kamu

Aku, Mangroveku dan Kamu

MANGROVEMAGZ. Mangrove? Apa itu mangrove? Banyak di kalangan masyarakat awam tak tahu apa itu mangrove, begitu juga aku. Aku mau berbagi pengalamanku soal pertama kali mengenal dan jatuh cinta sama tanaman mangove.

Tiga tahun yang lalu, sekitar November 2014, aku diajak dia, seorang teman laki-laki (kebetulan memang masih masa PDKT) ke sebuah pantai yang ada di kota Semarang. Di sepanjang jalan menuju pantai tersebut, banyak sekali tanaman dengan akar menggantung di tanah. Akupun terheran, dan dijelaskanlah tentang tanaman itu kepadaku.

Awalnya, aku tak begitu excited mendengar penjelasan itu. Karena aku mengira hanya tanaman biasa yang numbuh di pantai. Tapi, setelah aku amati, tanaman itu lucu dan aneh.

Dua bulan, setelah bulan November itu, akupun diajak menanam mangrove. Kebetulan, lagi ada acara sebuah komunitas peduli alam, khususnya tanaman mangrove dari Universitas Diponegoro, Semarang.

Kepingin banget sih, aslinya, tapi malu. Tapi, sayangnya waktu itu pesertanya terbatas hanya kurang lebih 50 orang saja yang boleh ikut. Sayang sekali, ya. Mungkin, kalau ada acara penanaman lagi (?).

Dua bulan kemudian, sekitar bulan maret 2015, aku diajak main oleh dia ke sebuah kawasan taman mangrove yang letaknya di daerah Tapak, Semarang, lebih tepatnya di kawasan Konservasi Mangrove Tapak.

Berlari untuk mangrove.

Di sana, aku dikenalkan dengan berbagai macam tanaman mangrove. Yang aku tahu waktu itu adalah, mangrove atau bakau merupakan satu jenis tanaman yang sama, tapi ternyata setelah dijelaskan, ternyata berbeda dengan persepsiku.

Kalau bakau itu termasuk mangrove, dan mangrove itu belum tentu bakau karena mangrove banyak jenisnya. Dari situ aku mulai mengenal apa itu mangrove, dari sekedar ingin tahu saja, sekarang menjadi tahu.

Dua minggu setelah ke kawasan Konservasi Mangrove Tapak, aku diajak ikut aksi penanaman mangrove oleh dia (teman laki-laki yang juga mengenalkan aku dengan tanaman mangrove). Kebetulan, waktu itu lagi ada acara Mangrove Restoration (MANGRES) yang diadakan oleh Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk
Awur (KeSEMaT) dari salah satu fakultas di UNDIP, Semarang.

Tanam mangrove perdanaku.

Selain aksi penanaman mangrove, di MANGRES juga ada aksi kampanye simpatik yang tujuannya menarik minat masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan, terutama tanaman mangrove.

Aku sangat senang sekali. Banyak ilmu dan pengalaman yang baru di sini, selain itu juga banyak teman baru. Dan, disinilah aku memulai pengalamanku menanam langsung tanaman mangrove.

Penanaman perdanaku di daerah Mangunharjo, Mangkang Kulon, Semarang. Kebetulan, saat itu menanam jenis Rhizophora, jadi tidak terlalu susah. Awalnya, aku takut karena sebelumnya belum pernah masuk langsung ke tambak yang penuh dengan lumpur pekat dan harus panas-panasan di bawah sinar matahari.

Tapi, ternyata itu menyenangkan sekali dan bikin ketagihan. Gak percaya? Coba saja langsung. He…he…. Tapi, ini hanya untuk orang yang gak takut kotor dan panas, ya. Kayak aku.

Tebak, aku yang mana (?).

Tapi, sayangnya pas agenda monitoring hasil penanaman, aku gak bisa ikut karena ada kerjaan. Ya, semoga tanaman mangrove yang aku tanam waktu itu bisa tumbuh besar sehingga bisa menjaga pantai dari abrasi.

Waktupun berlalu dan selama beberapa bulan, aku gak pernah nanem mangrove lagi. Kangen, sih. Kangen air tambak. He… he….

Bulan Oktober 2015, akhirnya aku diajak penanaman mangrove oleh dia (yang sudah resmi jadi calon pendamping hidupku). Kebetulan, saat itu ada event yang diadakan oleh salah satu SMA Negeri di Semarang.

Now, I’m Mangrover.

Seneng banget rasanya, walaupun daerah penanamannya masih sama di daerah Mangunharjo, tapi beda tambak, sih. Saat itu, aku juga ditawarin untuk gabung di organisasi volunteer peduli mangrove dan disebut KeSEMaT Mangrove Volunteer (KeMANGTEER) dan kebetulan dia sudah jadi anggota KeMANGTEER sebelumnya. Tapi, sayangnya aku harus nunggu pendaftaran volunteer-baru, periode berikutnya.

Pada bulan Januari 2016, akhirnya aku resmi mendaftarkan diri menjadi volunteer peduli mangrove, tepatnya di KeMANGTEER Semarang. Setelah mengikuti sesi wawancara dan akhirnya sah menjadi anggota KeMANGTEER Semarang, dari organisasi inilah, akhirnya aku lebih banyak melakukan usaha untuk melestarikan mangrove, baik dengan cara penanaman ataupun ajakan kepada masyarakat, terutama kaum muda-mudi untuk lebih peduli lingkungan, terutama mangrove. Dan, aku baru tau, ternyata organisasi KeMANGTEER ini, sudah ada di beberapa daerah di Indonesia, lho.

Ini cowok yang dari tadi aku sebut dia.

Dari pengalamanku di atas, bisa disimpulkan, bila akan mengenal dan jatuh cinta terhadap sesuatu, itu harus pelan-pelan. Seperti peribahasa Jawa, “Witing tresno jalaran seko kulino,” yang artinya dari kita sering ketemu maka akan jatuh hati dikemudian hari.

Mangrove aja aku jaga, apalagi cintaku padamu, Mas. He… he…. Sekian cerita dari aku, terima kasih telah membaca.

(Sumber foto: dokumentasi pribadi, KeSEMaT, M. Faisal R., Aik).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?