MANGROVEMAGZ. Masih mahasiswa, namun sudah banyak menginspirasi kaum muda dalam berwirausaha dibidang pengembangan mangrove. Itulah Kamto “Mas Jamang” Wahyono, seorang wirausahawan muda yang sukses mengembangkan berbagai jenis buah mangrove menjadi jajanan mangrove yang lezat, dengan brand Mas Jamang. Kandungan gizi, terutama karbohidrat buah-buah mangrove, berhasil diteliti dan dikembangkan Kamto menjadi sebuah jajanan yang bergizi dan layak konsumsi.
Mas Jamang lahir dari sebuah program CSR perusahaan di Semarang, yaitu PT. Indonesia Power, yang bekerja sama dengan salah satu organisasi mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP, yaitu Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT), dengan tujuan untuk mengkampanyekan dan melestarikan ekosistem mangrove yang ada di Semarang, dari tingkat kerusakan yang terus menerus terjadi.
“Kami coba bidik fungsi ekonomi mangrove karena warga Semarang memang sudah tidak mempan lagi, bila dibidik dengan fungsi ekologis dan fisik mangrove. Nah, akhirnya KeSEMaT mendelegasikan saya sebagai pimpinan proyeknya, dan setelah beberapa bulan berjalan, jadilah Mas Jamang,” kisah Kamto, saat ditemui sedang memberikan pelatihan jajanan mangrove kepada Ibu-ibu pesisir di kelurahan Tugurejo, Semarang.
Menurut Kamto, tujuan utama pengembangan jajanan mangrove adalah untuk mengkampanyekan mangrove secara lebih bijaksana, yaitu dengan cara membuat kebun mangrove. Di kebun mangrove, kelompok binaan Mas Jamang membibitkan, menanam, memelihara, memetik dan terus membudidayakannya, bukan menebang dan merusaknya.
Konsep ini ternyata efektif. Warga secara otomatis membudidayakan mangrove karena sudah mengetahui fungsi ekonominya yang bisa meningkatkan taraf penghidupan dan mata pencaharian keluarga mereka.
Pameran di Bogor, Mas Jamang-pun, ludes!
“Warga tak lagi menebang mangrove. Mereka sudah tahu, buah mangrove jenis Lindur dan Api-api yang ada di kebun mangrove mereka bisa dipanen dan dipetik untuk dibuat dan dijual dalam bentuk jajanan mangrove. Saya dan KeSEMaT bertugas mendampingi dan membantu proses pemasaran dan distribusinya, sembari mengawasi daya regenerasi dan konservasi mangrovenya agar pesisir Semarang semakin hijau, penuh dengan kebun mangrove yang ditanam warga,” jelas owner Mas Jamang.
Sampai dengan artikel ini ditulis, Mas Jamang ternyata sudah puluhan kali mengikuti pameran, tak hanya berskala lokal dan nasional saja, tapi juga internasional. Kamto dengan Mas Jamang-nya, pernah berpameran di Surabaya, dalam acara pertemuan mangrove se-ASEAN. Mas Jamang juga sudah bekerja sama dengan beberapa dinas terkait makanan di Semarang dan beberapa kota di Jawa Tengah.
Kamto dan tim Mas Jamang, berfoto bersama di Sentra Mas Jamang, yang terletak di Mangkang Wetan, Semarang. Blangkon kuning, jadi trade mark-nya!
Omset penjualan Mas Jamang, ternyata juga cukup besar. Saat ini, dua kelompok binaan Mas Jamang, yaitu Kelompok Bina Citra Karya Wanita dan Bina Karya Sejahtera, yang terdiri dari para istri nelayan dan petani mangrove di Mangkang Wetan dan Mangunharjo, sudah berhasil memperoleh keuntungan, dengan konsep dana bergulir, yang dikonsep secara apik oleh KeSEMaT dan PT. Indonesia Power, Semarang.
Gubernur Jateng, Bibit Waluyo juga memuji kelezatan Mas Jamang. “Enake ra jamak,” (Enak banget – red) katanya!
“Kini tak ada lagi warga yang berkata, apakah mangrove bisa menghidupi kami, kami butuh makan. Mas Jamang, setidaknya adalah sebuah jawaban yang bijak, dalam rangka menghidupi warga pesisir, sekaligus sebagai salah satu upaya dalam rangka menjaga keberadaan mangrove, demi kelestariannya di masa mendatang,” jelas mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP, Semarang yang sering diundang ke berbagai seminar dan pelatihan pengolahan bahan makanan berbahan dasar mangrove tingkat nasional-ini, ke kota-kota pesisir di Indonesia.
“Dalam waktu dekat, di akhir tahun ini, Mas Jamang juga akan dibawa ke Jepang untuk diikutsertakan dalam pameran produk inovatif pesisir. Bangga sekali, Kementerian Pendidikan Nasional menunjuk kami mewakili Indonesia ke pameran tingkat dunia, yang diselenggarakan PBB melalui UNESCO,” pungkasnya.
Memang, untuk menyelamatkan mangrove, dibutuhkan sebuah terobosan baru. Dan, seorang anak muda bernama Kamto “Mas Jamang” Wahyono, ternyata telah berhasil membuat terobosan baru itu. Salut!
(Sumber foto: Kamto Wahyono).
Kudus – Semarang – Tembalang.