HOME > FENOMENA > Penampakan Kerusakan Mangrove-Tracking di Desa Mojo

Penampakan Kerusakan Mangrove-Tracking di Desa Mojo

MANGROVEMAGZ. Pernahkan Anda berwisata mengunjungi Mangrove-Tracking (MT)? Bila pernah, tentu sangat mengesankan, bukan?. Satu tahun yang lalu (2013), saya berkesempatan berkunjung ke MT di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, untuk melakukan survei sebuah kegiatan dari kampus saya.

Saya dan rombongan naik mobil ke Mojo. Perjalanan dari Semarang ke Pemalang memakan waktu hingga empat jam. Sesampai di Pemalang, sebelum memasuki kawasan mangrove Mojo, kami sudah disuguhi dengan pemandangan indah, dimana rimbunan pepohonan mangrove berjajar elok di tepi sungai.

Kondisi MT Tahun 2013
Untuk menuju lokasi MT di Desa Mojo, saya harus menyewa perahu. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit. Sesampainya di lokasi, dibagian pintu masuk nampak terlihat gapura selamat datang. Perlu diketahui, bahwa lokasi MT berada di kawasan konservasi hutan mangrove Desa Mojo.

Masuk ke lokasi, saya disambut dengan dua buah gazebo di kanan dan kiri, juga ribuan pepohonan mangrove yang rindang. Ada yang menarik pada saat saya mau memasuki lebih dalam ke kawasan hutan mangrove ini. Apakah itu?

Ternyata, terdapat MT yang memiliki konstruksi bagian-atas menggunakan bahan dasar semen. Sedangkan tiang penyangganya menggunakan paralon yang juga berisi semen sehingga terlihat kokoh dan kuat.

Penampakan MT di Desa Mojo.

Namun demikian, ada sedikit hal yang mengganggu. Ternyata, konstruksi tiang penyangga MT dikaitkan dengan batang Avicennia yang tumbuh di sekitarnya, menggunakan kawat, sehingga menyebabkan batang pohonnya terluka.

Kawat penyangga yang dikaitkan dengan pohon mangrove.

Lebih jauh menelusuri jalanan MT, saat saya hampir mencapai bagian ujungnya, saya melihat kondisi bagian atas MT yang terbuat dari semen berjatuhan. Apabila dicermati, ternyata konstruksi yang digunakan berbeda dengan konstruksi pertama, yang ada dibagian depan pintu masuk.

Pada bagian ini, tiang penyangga tidak terbuat dari paralon yang berisi semen, melainkan menggunakan kayu. Sedangkan bagian atas tetap menggunakan semen.

Foto ini diambil pada 11 Mei 2013.

Menurut Bpk. Taulani (pelestari mangrove Desa Mojo), kondisi MT yang rusak tersebut diakibatkan karena konstruksi tiang penyangganya tidak menggunakan semen, melainkan kayu. Dugaan saya, apabila ini dibiarkan, maka kerusakannya akan semakin bertambah. Oleh karena itu, harus segera ditangani dengan cepat.

Kunjungan Tahun 2014
Nah, dua bulan lalu, saya kembali berkunjung ke sana, untuk melakukan kegiatan research. Saya sempat kaget melihat kondisinya sekarang.

Foto ini diambil pada 14 Juni 2014.

Foto perbedaan kerusakan MT yang saya ambil tahun lalu dengan sekarang, terlihat sangat mencolok. Coba lihat, di foto tahun lalu, terlihat bagian atas MT sudah ada yang ambruk, namun di bagian yang lain, masih baik.

Sedangkan foto yang saya ambil tahun ini -tepatnya dua bulan lalu-, semua bagian atasnya sudah hilang. Lihatlah, MT sekarang dipenuhi dengan air rawa. Hanya tersisa tiang penyangga saja. Perlu diketahui, kedua foto tersebut saya ambil pada posisi yang sama.

Potensi Wisata Mangrove
Kawasan mangrove yang menjadi lokasi MT ditumbuhi dominan oleh Avicennia sp. Tingginya rata-rata mencapai 7 – 10 m. Jenis lainnya, seperti Rhizophora sp, Ceriops sp, Bruguiera sp juga tumbuh menyebar di lokasi MT. Selain flora, fauna mangrove juga banyak dijumpai, seperti burung, kepiting, dan ikan gelodok bisa dijumpai dengan mudah.

Sangat disayangkan, apabila pemerintah terkait tidak segera membenahi MT yang konstruksinya telah ambruk, karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut. Menurut masyarakat sekitar, kawasan mangrove Mojo sering dikunjungi rombongan mahasiswa, instansi, pelajar dan lainnya, sekitar 50 orang, satu kali kunjungan.

Apabila MT segera diperbaiki, maka masyarakat akan mendapatan penghasilan tambahan dari wisatawan yang berkunjung ke sana.

(Sumber foto: dokumentasi pribadi).

Open chat
1
Salam MANGROVER! Halo, ada yang bisa kami bantu?